Perjalanan
ini berawal dari tanggal 19 Nopember 2012, yapp tepatnya telah berlalu 1 bulan
yang lalu, yang telah disiapkan dengan
sangat matang jauh – jauh hari. Dan perjalanan itu pun diberi nama “ Studi Banding
Fakultas Psikologi USU 2012”.
Menjadi
suatu kebahagian tersendiri bisa menjadi salah satu tim studi banding ini, dan
terlebih bisa memiliki peran yang cukup dianggap penting yaitu sebagai
kordinator dan penanggung jawab tim ilmiah studi banding.
Banyak
sekali dinamika yang kami hadapi dalam tim ini, seperti terdiri dari berbagai
angkatan yang salah satunya belum mendapatkan pemahaman dengan penelitian,
terdiri dari berbagai orang yang memiliki pemikiran yang berbeda, dan tentunya
dengan berbagai motivasi yang ada pada diri individu tersebut.
John
W.Atkinson (1958,1964) mencetuskan teori
model motivasi prestasi. Model ini mengidentifikasikan individu untuk
berjuan meraih sukses atau untuk menghindari kegagalan sebagai faktor motivasi
utama. Jika motifasi untuk sukses pada diri individu cukup tinggi, dia akan
melakukan tugas – tugas untuk berprestasi. Tetapi jika disposisi untuk
menghindari kegagalannya tinggi, individu akan menghindari tugas sulit – sering dengan cara meolak atau
mengelak dengan cara lain ( Covington, 1992). Model ini juga
mengidentifikasikan dua aspek penting dari sistem keyakinan individu yang
memengaruhi motivasi prestasi yaitu harapan akan sukses dan nilai insentif dari
keberhasilan, yaitu kebanggan meraih prestasi.
Ketika
memimpin tim ini, saya merasakan motivasi tim untuk sukses dan menghasilkan
karya yang sangat bagus sangat tinggi sekali, terlihat dari sikap yang semanat
yang menggebu – gebu dengan melontarkan berbagai ide penelitian yang akan
diteliti selanjutnya. Dan kami sangat meyakini bahwa apa yang akan kami
hasilkan nanti adalah sesuatu yang sangat bagus sehingga kami selalu berusaha
melakukan yang terbaik supaya cita – cita dan niatan kami bisa terwujud.
Ada
tiga asumsi pendekatan utama dalam menganalisis motivasi,:
Pertama.
Motivasi individu adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan
faktor di dalam diri individu. Motivasi yang timbul dalam diri setiap anggota
tim terjadi karena adanya semangat dari anggota tim yang lain, diibaratkan
semanagt itu tertular sehingga memotivasi individu untuk lebih bersemangat
lagi. Di dalam kelompok, kami saling memberi semangat antara yang satu dengan
yang lain, dan yang selalu menjadi pemacu semangat kami adalah kami sama – sama
menghayal mengenai perjalanan yang akan kami lakukan, kami saling
bercerita mengenai rencana masing – masing mengenai apa yang kami lakukan.
Setelah dirasa cukup maka kami kembali fokus untuk mengerjakan penelitian kami.
Cara ini sangat efektif untuk menaikkan kembali semangat yang lagi turun
Kedua.
Pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif. Anggota tim bisa saja belajar
dari mana saja,baik itu dari buku atau dari kisah – kisah orang terdahulu yang
telah sukses. Ketika membaca atau mendengar kisah – kisah kesuksesan orang
lain, individu tersebut akan menemukan tips – tips kesuksessan sehingga tips –
tips tersebut bisa ia terapkan untuk meraih kesuksesannya juga. Selain itu,
dukungan moral yang kami dapatkan dari orang – orang terdekat kami juga sangat
berperan dalam meningkatkan motivasi kami dalam menyelesaikan penelitian ini.
Ketiga.
Motif, kebutuhan, atau tujuan adalah pengetahuan eksplisit. Ini berarti bahwa
individu dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkomunikasikannya dengan orang
lain. Anggota tim harus benar – benar memahami tujuannya masing – masing,
karena dengan mengetahui tujuan kita mengetahui apa yang harus kita lakukan. Di
dalam tim, kami benar – benar memahami apa yang harus kami lakukan, kami telah
memiliki tugas masing – masing sehingga kami bisa fokus pada satu hal saja.
Selama
beberapa bulan proses pengerjaan penelitian kami berhasil mempertahankan
motivasi kami demi mensukseskan penelitian ini. Hal ini kami lakukan karena
kami memiliki harapan akan sukses dan adanya keinginan untuk meraih prestasi.
Akhirnya
tiba juga waktu itu,waktu dimana kami mempresentasikan penelitian kami di depan
orang. Gagne mengidentifikasikan ada sembilan peristiwa pembelajaran untuk
dipakai sebagai pedoman perencanaan pembelajaran. Fungsinya adalah mendukung
proses kognitif pemelajar selama belajar (dalam hal ini,presentasi hasil
penelitian saya anggap sebagai proses mengajarkan kepada orang lain sehingga
saya mencoba membahasnya menggunakan pedoman perencanaan pembelajaran). Tahapan
pedoman pembelajaran tersebut adalah:
Pertama:
persiapan belajar. Menarik perhatian, memberitahu pemelajar tentang tujuan
belajar, dan mendorong pemelajar untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya.
Hal yang pertama sekali saya lakukan ketika presentasi adalah menyapa audiens
dengan budaya batak dengan memanggil mereka Abang dan Kakak. Hal ini saya lakukan untuk menarik perhatian
mereka. Setelah mereka semua berfokus kepada saya, saya menjelaskan secara
garis umum mengenai apa yang akan saya presentasikan, kemudia bertanya mengenai
apa yang mereka ketahui tentang Medan dengan pertanyaan “ Apa yang Abang dan Kakak ketahui tentang
Medan?” dan sedikit menghubungkan dengan apa yang terjadi pada daerah mereka
(ketika itu saya presentasi di Fak.Psikologi UNPAD). Hal yang saya lakukan ini
merupakan tiga kegiatan pembelajaran yang membuka jalan bagi belajar yang baru.
Setelah
tahapan awal ini berhasil masuk ketahap selanjutnya yaitu pemerolehan dan
kinerja. Tahapan ini merupakan tahapan ini dari proses pengajaran. Kegiatannya
adalah menyajikan stimulus tertentu, menyediakan pedoman belajar, memunculkan
kinerja, dan memberikan tanggapan atau umpan balik. Pemberian pedoman belajar
merupakan kegiatan penting di dalam pembelajaran (Gagne, 1980b). Pertama.
Membantu pemelajar mentransformasikan kapabilitas baru ke dalam suatu bentuk
sandi untuk kelak diambil selanjutnya. Kedua. Ia dapat membuat perbedaan dengan
pelajaran baru dengan yang sebelumnya.
Dalam proses penyampaian hasil penelitian, saya mencoba mengajak peserta
untuk melihat peristiwa – peristiwa yang terjadi di setiap daerah yang
penduduknya memiliki suku mayoritas tetapi sering terjadi pertikaian di antara
kelompok kemudian dikaitakan dengan Kota Medan yang terdiri dari berbagai
kelompok tetapi tidak ada yang saling mendominasi dan mengaku bahwa kelompok tersebutlah
yang menjadi kelompok penguasa.
Tahapan
selanjutnya adalah peran penemuan terbimbing. Tujuannya adalah merespon sebuah
stimulus yang nantinya akan direfleksikan terhadap stimulus lain. Setelah semua
peserta memahami esensi pwntingnya saling mengenal antara kelompok suku,
diharapkan peserta yang hadir mengikuti presentasi ilmiah dapat menerapkan di
dalam lingkungan kelompoknya sehingga kemungkinan untuk me’label’ kelompok
tidak terjadi kesalahan.
Retrieval
dan transfer. Bagian akhir dari pembelajaran adalah memberikan assesment atas
belajar hal yang baru dan diikuti dengan petunjuk tambahan tentang retrieval dan transfer. Hal ini bisa
dilakukan setelah jedah satu hari untuk
memastikan siswa apakah siswa telah menerima pembelajaran tanpa terfokus pada
contoh yang terjadi pada kegiatan inti pembelajaran. Dalam proses penyampaian
hasil penelitian, kami melakukannya tidak sampai ke tahap ini. Kami tidak
memastikan apakah peserta benar – benar telah menerima hasil penelitian kami.