Selasa, 18 Desember 2012

Kebahagiaan seorang saintist pemula...


Perjalanan ini berawal dari tanggal 19 Nopember 2012, yapp tepatnya telah berlalu 1 bulan yang lalu,  yang telah disiapkan dengan sangat matang jauh – jauh hari. Dan perjalanan itu pun diberi nama “ Studi Banding Fakultas Psikologi USU 2012”.
Menjadi suatu kebahagian tersendiri bisa menjadi salah satu tim studi banding ini, dan terlebih bisa memiliki peran yang cukup dianggap penting yaitu sebagai kordinator dan penanggung jawab tim ilmiah studi banding.
Banyak sekali dinamika yang kami hadapi dalam tim ini, seperti terdiri dari berbagai angkatan yang salah satunya belum mendapatkan pemahaman dengan penelitian, terdiri dari berbagai orang yang memiliki pemikiran yang berbeda, dan tentunya dengan berbagai motivasi yang ada pada diri individu tersebut.
John W.Atkinson (1958,1964) mencetuskan teori  model motivasi prestasi. Model ini mengidentifikasikan individu untuk berjuan meraih sukses atau untuk menghindari kegagalan sebagai faktor motivasi utama. Jika motifasi untuk sukses pada diri individu cukup tinggi, dia akan melakukan tugas – tugas untuk berprestasi. Tetapi jika disposisi untuk menghindari kegagalannya tinggi, individu akan menghindari  tugas sulit – sering dengan cara meolak atau mengelak dengan cara lain ( Covington, 1992). Model ini juga mengidentifikasikan dua aspek penting dari sistem keyakinan individu yang memengaruhi motivasi prestasi yaitu harapan akan sukses dan nilai insentif dari keberhasilan, yaitu kebanggan meraih prestasi.
Ketika memimpin tim ini, saya merasakan motivasi tim untuk sukses dan menghasilkan karya yang sangat bagus sangat tinggi sekali, terlihat dari sikap yang semanat yang menggebu – gebu dengan melontarkan berbagai ide penelitian yang akan diteliti selanjutnya. Dan kami sangat meyakini bahwa apa yang akan kami hasilkan nanti adalah sesuatu yang sangat bagus sehingga kami selalu berusaha melakukan yang terbaik supaya cita – cita dan niatan kami bisa terwujud.
Ada tiga asumsi pendekatan utama dalam menganalisis motivasi,:
Pertama. Motivasi individu adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan faktor di dalam diri individu. Motivasi yang timbul dalam diri setiap anggota tim terjadi karena adanya semangat dari anggota tim yang lain, diibaratkan semanagt itu tertular sehingga memotivasi individu untuk lebih bersemangat lagi. Di dalam kelompok, kami saling memberi semangat antara yang satu dengan yang lain, dan yang selalu menjadi pemacu semangat kami adalah kami  sama – sama  menghayal mengenai perjalanan yang akan kami lakukan, kami saling bercerita mengenai rencana masing – masing mengenai apa yang kami lakukan. Setelah dirasa cukup maka kami kembali fokus untuk mengerjakan penelitian kami. Cara ini sangat efektif untuk menaikkan kembali semangat yang lagi turun
Kedua. Pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif. Anggota tim bisa saja belajar dari mana saja,baik itu dari buku atau dari kisah – kisah orang terdahulu yang telah sukses. Ketika membaca atau mendengar kisah – kisah kesuksesan orang lain, individu tersebut akan menemukan tips – tips kesuksessan sehingga tips – tips tersebut bisa ia terapkan untuk meraih kesuksesannya juga. Selain itu, dukungan moral yang kami dapatkan dari orang – orang terdekat kami juga sangat berperan dalam meningkatkan motivasi kami dalam menyelesaikan penelitian ini.
Ketiga. Motif, kebutuhan, atau tujuan adalah pengetahuan eksplisit. Ini berarti bahwa individu dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkomunikasikannya dengan orang lain. Anggota tim harus benar – benar memahami tujuannya masing – masing, karena dengan mengetahui tujuan kita mengetahui apa yang harus kita lakukan. Di dalam tim, kami benar – benar memahami apa yang harus kami lakukan, kami telah memiliki tugas masing – masing sehingga kami bisa fokus pada satu hal saja.
Selama beberapa bulan proses pengerjaan penelitian kami berhasil mempertahankan motivasi kami demi mensukseskan penelitian ini. Hal ini kami lakukan karena kami memiliki harapan akan sukses dan adanya keinginan untuk meraih prestasi.
Akhirnya tiba juga waktu itu,waktu dimana kami mempresentasikan penelitian kami di depan orang. Gagne mengidentifikasikan ada sembilan peristiwa pembelajaran untuk dipakai sebagai pedoman perencanaan pembelajaran. Fungsinya adalah mendukung proses kognitif pemelajar selama belajar (dalam hal ini,presentasi hasil penelitian saya anggap sebagai proses mengajarkan kepada orang lain sehingga saya mencoba membahasnya menggunakan pedoman perencanaan pembelajaran). Tahapan pedoman pembelajaran tersebut adalah:
Pertama: persiapan belajar. Menarik perhatian, memberitahu pemelajar tentang tujuan belajar, dan mendorong pemelajar untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya. Hal yang pertama sekali saya lakukan ketika presentasi adalah menyapa audiens dengan budaya batak dengan memanggil mereka Abang dan Kakak. Hal  ini saya lakukan untuk menarik perhatian mereka. Setelah mereka semua berfokus kepada saya, saya menjelaskan secara garis umum mengenai apa yang akan saya presentasikan, kemudia bertanya mengenai apa yang mereka ketahui tentang Medan dengan pertanyaan  “ Apa yang Abang dan Kakak ketahui tentang Medan?” dan sedikit menghubungkan dengan apa yang terjadi pada daerah mereka (ketika itu saya presentasi di Fak.Psikologi UNPAD). Hal yang saya lakukan ini merupakan tiga kegiatan pembelajaran yang membuka jalan bagi belajar yang baru.
Setelah tahapan awal ini berhasil masuk ketahap selanjutnya yaitu pemerolehan dan kinerja. Tahapan ini merupakan tahapan ini dari proses pengajaran. Kegiatannya adalah menyajikan stimulus tertentu, menyediakan pedoman belajar, memunculkan kinerja, dan memberikan tanggapan atau umpan balik. Pemberian pedoman belajar merupakan kegiatan penting di dalam pembelajaran (Gagne, 1980b). Pertama. Membantu pemelajar mentransformasikan kapabilitas baru ke dalam suatu bentuk sandi untuk kelak diambil selanjutnya. Kedua. Ia dapat membuat perbedaan dengan pelajaran baru dengan yang sebelumnya.  Dalam proses penyampaian hasil penelitian, saya mencoba mengajak peserta untuk melihat peristiwa – peristiwa yang terjadi di setiap daerah yang penduduknya memiliki suku mayoritas tetapi sering terjadi pertikaian di antara kelompok kemudian dikaitakan dengan Kota Medan yang terdiri dari berbagai kelompok tetapi tidak ada yang saling mendominasi dan mengaku bahwa kelompok tersebutlah yang menjadi kelompok penguasa.
Tahapan selanjutnya adalah peran penemuan terbimbing. Tujuannya adalah merespon sebuah stimulus yang nantinya akan direfleksikan terhadap stimulus lain. Setelah semua peserta memahami esensi pwntingnya saling mengenal antara kelompok suku, diharapkan peserta yang hadir mengikuti presentasi ilmiah dapat menerapkan di dalam lingkungan kelompoknya sehingga kemungkinan untuk me’label’ kelompok tidak terjadi kesalahan.
Retrieval dan transfer. Bagian akhir dari pembelajaran adalah memberikan assesment atas belajar hal yang baru dan diikuti dengan petunjuk tambahan tentang retrieval dan transfer. Hal ini bisa dilakukan setelah jedah satu hari  untuk memastikan siswa apakah siswa telah menerima pembelajaran tanpa terfokus pada contoh yang terjadi pada kegiatan inti pembelajaran. Dalam proses penyampaian hasil penelitian, kami melakukannya tidak sampai ke tahap ini. Kami tidak memastikan apakah peserta benar – benar telah menerima hasil penelitian kami.

1 komentar:

psipddk3sks mengatakan...

Fauji, mustinya uraianmu menarik...
sayang adinda sangat tidak memperhatikan tata tulis; seperti tidak adanya aline, letak pokok pikiran kurang jelas dan jumlah kata yang tersaji tidak mencapai 1000.
Next time better ya :)

Posting Komentar